Ringkasan, Abstrak dan Sintesis


RINGKASAN, ASBTRAK DAN SISTESIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Menyajikan kembali sebuah tulisan yang panjang ke dalam bentuk yang pendek disebut meringkas. Tindakan meringkas dapat dilakukan terhadap berbagai jenis teks, di antaranya ringkasan atas novel, ringkasan atas buku laporan tahunan, dan ringkasan atas sebuah bab sebuah buku.
Untuk sampai pada ringkasan yang baik, cara yang dapat dilakukan oleh penulis adalah menghilangkan segala macam ‘hiasan’ dalam teks yang akan diringkas. Yang dimaksud dengan ‘hiasan’ di sini dapat berupa (1) ilustrasi atau contoh, (2) keindahan gaya bahasa, dan (3) penjelasan yang terperinci.
Sebuah ringkasan memiliki beberapa ciri. Pertama, penulis haruslah mempertahankan urutan pikiran dan cara pandang penulis asli. Kedua, penulis harus bersifat netral, dalam arti tidak memasukan pikiran, ide, maupun opininya ke dalam ringkasa yang dibuatnya. Ketiga, ringkasan yang dibuat haruslah mewakili gaya asli penulisnya, bukan gaya pembuat singkasan. Dengan membaca teks asli secara berulang-ulang, menandai kalimat topik setiap paragraf, dan menghilangkan segala macam hiasan, penulis akan dapat membuat sebuah ringkasan yang baik.
Dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan abstrak yang terkadang sulit membedakan dengan ringkasan. Abstrak adalah karangan ringkas berupa rangkuman. Istilah ini lazim digunakan dalam penulisan ilmiah. Oleh karena itu, abastark terikat dengan aturan penulisan ilmiah. Dalam sebuah abstrak setidaknya ada hal-hal berkut: (1) latar belakang atau alasan atas topik yang dipilih; (2) tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis; (3) metode atau bahan yang digunakan dalam penelitian; (4) keluaran atau kesimpulan atas penelitian.
Panjang-pendek sebuah abstrak amat ditentukan oleh tujuannya. Apabila abstrak tersebut ditulis untuk keperluan Jurnal, maka panjangnya antara 75 sampai dengan 100 kata, sedangkan untuk skripsi 200 sampai dengan 250 kata. Perhatikan contoh abstrak di bawah ini untuk keperluan jurnal.
Berbeda dengan ringkasan dan abstrak yang merupakan ringkasan atas satu sumber saja, sintesis dibuat atas beberapa sumber. Pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya, (3) sudut pandang penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam makalah ini akan dikemukakan tentang “Ringkasan, Abstrak, dan Sistesis dalam Bahasa Indonesia” berikut komponen-komponen yang ada di dalamnya yang berhubungan dengan fungsi dan tujuannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimakah kajian tentang ringkasan dalam Bahasa Indonesia?
2.      Bagaimakah kajian tentang abstrak dalam Bahasa Indonesia?
3.      Bagaimakah kajian tentang sistesis dalam Bahasa Indonesia?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui  kajian tentang ringkasan dalam Bahasa Indonesia.
2.      Untuk mengetahui kajian tentang abstrak dalam Bahasa Indonesia.
3.      Untuk mengetahui  kajian tentang sistesis dalam Bahasa Indonesia.

D.    Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini antara lain adalah:
1.      Dapat dijadikan referensi bagi penulis dalam menulis sebuah karya ilmiah.
2.      Bagi mahasiswa dapat dijadikan acuan dalam pembuatan tugas akhir, skripsi ataupun tesis.
3.      Menambah pengetahuan untuk bahan perbandingan.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ringkasan
1.      Pengertian Ringkasan
     Membuat ringkasan adalah sebuah keterampilan. Tidak semua orang mampu dengan cermat dan tepat membuat ringkasan dari bahan bacaan yang dibacanya. Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya hasil meringkas itu adalah sebuah karya reproduksi dari karya lain. Kemampuan untuk membahasakan dengan bahasa yang lain itulah yang terkadang membedakan setiap orang dalam membuat ringkasan. Atau, kecermatan dalam mengungkap inti bacaan itu. (Nurhadi, 2010 : 136). “Ringkasan adalah sebuah cara menyajikan karangan dalam bentuk singkat dengan mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang aslinya”. (Isdriani, 2009 : 152)
     Ringkasan memiliki banyak pengertian, diantaranya ringkasan (Precis yang berarti memotong atau memangkas) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Sedangkan menurut Asmi (2004), ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat. Ringkasan berasal dari bentuk dasar “ringkas” yang berarti singkat, pendek dari bentuk yang panjang. Hal ini dipakai untuk mengatakan suatu bentuk karangan panjang yang dihadirkan dalam jumlah singkat. Suatu ringkasan disajikan dalam bentuk yang lebih pendek dari tulisan aslinya dengan berpedoman pada keutuhan topik dan gagasan yang ada di dalam tulisan aslinya yang panjang itu. (Alfaini, 2011 : 2)

“Ringkasan atau sering disebut dengan istilah “precis” adalah bentuk singkat atau ringkas, dari sebuah karangan yang masih memperlihatkan sosok dasar dari aslinya”. (Nurhadi, 2010 : 137).
       Inti bacaan dalam ringkasan yang dibuat, tidak meninggalkan urutan-urutan gagasan yang melandasinya. Kata “precis” itu sendiri mempunyai makna “memangkas”, artinya, penyusun ringkasan hanya memangkas hal-hal yang lebih kecil menyelimuti gagasan utama bacaan. Dengan demikian, kerangka dasarnya masih tampak jelas. Bila Anda memangkas cabang-cabang sebuah pohon, sehingga tampak pokok-pokok pohon beserta cabang-cabang utamanya, itulah membuat ringkasan. (Wijayanti dkk, 2013 : 172)
2.      Ciri-ciri Ringkasan
     Membuat ringkasan memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri dari ringkasan tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Pengungkapan kembali bentuk kecil dari sebuah karangan.
b.      Mereproduksi kembali apa kata pengarang.
c.       Mempertahankan urutan-urutan gagasan yang membangun sosok (badan) karangan.
d.      Penyusun ringkasan terikat oleh penataan, isi, dan sudut pandang pengarangnya.
e.       Kalimatnya pendek-pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya. (Nurhadi, 2010 : 137-138)
3.      Cara Membuat Ringkasan
     Membuat ringkasan dari buku bacaan yang baru dibaca adalah bagian kemampuan membaca itu sendiri. Seorang pembaca yang baik dan berhasil, adalah pembaca yang mampu menceritakan kembali secara ringkas isi buku yang baru dibacanya, terutama bila hal berkaitan dengan kepentingan membaca cermat. Bukankah hasil akhir dari membaca, adalah pembaca dapat memahami isi buku secara cermat? Petunjuk yang nyata adalah bila pembaca mampu mengungkapkan kembali isi bacaan itu. Ada juga orang yang memang rajin membuat ringkasan buku yang dibacanya. Artinya, setiap kali ia selesai membaca minimal dalam satu kalimat. Catatan itu pada umumnya berupa ringkasan. Persoalannya sekarang bagaimana membuat ringkasan itu secara tepat. (Nurhadi, 2010 : 136)
     Dalam meringkas, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, serta penjelasan-penjelasan yang rinci dihilangkan sehingga jadilah sari tulisan tanpa hiasan (Utorodewo dkk. 2004). Meskipun demikian, peringkas harus tetap mempertahankan urutan pikiran penulis asli beserta pendekatannya. Karena berbicara dalam suara penulis asli, peringkas tidak boleh memulai ringkasannya dengan, “Dalam tulisannya penulis berkata...,” atau “Dalam buku ini penulis mengatakan... dan sebagainya”. Peringkas langsung menyusun ringkasan bacaan dalam rangkaian kalimat, alinea, bagian alinea, dan seterusnya. Bacaan yang diringkas dapat berupa buku, bab di dalam buku/artikel, atau skripsi. (Wijayanti dkk, 2013 : 172)
     Bagi mereka yang sudah terbiasa dalam membuat ringkasan, biasanya tahu cara membuat ringkasan yang baik. Tetapi disamping itu perlu untuk memberikan beberapa patokan sebagai pegangan, khususnya bagi mereka yang belum pernah melakukan itu atau baru untuk memulainya. Setelah terbiasa, mungkin beberapa patokan itu juga tidak akan diperlukan lagi. (Alfaini, 2011 : 3)
Beberapa pegangan yang digunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan benar antara lain:
a.       Membaca Naskah Asli
           Langkah awal yang harus dilakukan adalah seorang penulis ringkasan harus membaca naskah asli satu atau dua kali, bahkan dapat diulang beberapa kali hingga diketahui kesan umum secara menyeluruh mengenai isi dari naskah tersebut. Penulis juga perlu mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang pengarang. (Alfaini, 2011 : 3)
           Agar dapat membantu penulis mencapai itu semua, maka judul dan daftar isi dapat menjadi acuan dalam karangan itu. Perincian daftar isi memiliki hubungan erat dengan judul sebuah karangan. Dan juga, alinea-alinea dalam karangan menunjang pokok-pokok yang terkandung dalam daftar isi. Maka dari itu, penulis sebaiknya memahami dengan baik daftar isi dari sebuah karangan sehingga lebih mudah untuk mendapatkan kesan umum, maksud asli pengarang serta sudut pandang pengarang yang terdapat dalam karangan. (Alfaini, 2011 : 3)
b.      Mencatat Gagasan Utama
            Jika penulis sudah mengetahui kesan umum, maksud asli serta sudut pandang pengarang, maka sekarang ia harus memperdalam dan mempertegas semua hal itu. Hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah memahami kembali karangan bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat gagasan-gagasan penting yang tersirat dalam bagian atau alinea itu. (Alfaini, 2011 : 3)
            Tujuan dari pencatatan itu ada dua, yang pertama untuk tujuan pengamatan agar memudahkan penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan itu menjadi dasar bagi pengolahan selanjutnya. Yang terpenting tujuan dari pencatatan ini adalah agar tanpa adanya ikatan teks asli penulis mulai menulis kembali untuk meyusun sebuah dengan menggunakan pokok-pokok yang telah dicatat. (Alfaini, 2011 : 3)
           Sama halnya langkah pertama yang menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan, maka dalam pencatatan gagasan ini judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea yang harus dijadikan sasaran pencatatan, bahkan kalau perlu catat juga gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensil untuk memperjelas gagasan utama tadi. Karena sifatnya hanya sebagai ilustrasi atau deskripsi untuk mejelaskan gagasan utama yang ada dalam alinea pertama maka perlu diperhatikan bahwa ada alinea yang dapat dihilangkan. Itu semua terjadi karena ada sebuah alinea kedudukannya lebih penting dari pada alinea yang mendahuluinya. Dalam hal ini gagasan utama yang diambil dari rangkaian alinea terdapat dalam alinea utama, sedangkan alinea-alinea tambahan lainnya bisa diabaikan atau dirangkai menjadi satu kalimat. (Alfaini, 2011 : 3)

c.       Mengadakan Reproduksi
Dengan menggunakan kesan umum pada langkah pertama diatas dan catatan-catatan yang diperoleh dari langkah kedua diatas, maka seorang penulis sudah siap untuk memulai membuat ringkasan yang dimaksud. Dalam ringkasan urutan isi disesuaikan dengan urutan naskah asli dan harus menggunakan bahasa penulis karangan dan harus diurut. Apabila terdapat gagasan-gagasan di antara gagasan-gagasan yang telah dicatat masih terdapat gagasan yang kabur, maka penulis dapat melihat kembali isi naskah yang asli. (Alfaini, 2011 : 4)
d.      Ketentuan Tambahan
          Dengan membuat reproduksi, belum tentu pengarang sudah mengerjakan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan dapat ditulis dengan baik, diantaranya:
1)      Sebaiknya dalam menyusun ringkasan mempergunakan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk. Kalimat majemuk menunjukkan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat paralel. Bila ada kalimat majemuk telitilah kembali apakah tidak mungkin dijadikan kalimat tunggal. (Alfaini, 2011 : 4)
2)      Ringkaslah kalimat menjadi frase dan frase menjadi kata. Begitu pula jika rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentral saja. (Alfaini, 2011 : 4)
3)      Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting. Semua alinea semacam itu yang akan dipertahankan karena dianggap penting, harus pula dipersingkat atau digeneralisasi. (Alfaini, 2011 : 4)
4)      Jika memungkinkan buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah. (Alfaini, 2011 : 5)
5)      Pertahankan semua gagasan asli dan urutan naskahnya. Tetapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan yang dibuat oleh penulis. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran penulis yang dimasukkan kedalam ringkasan. (Alfaini, 2011 : 5)
6)      Agar dapat membedakan rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tidak langsung) dan sebuah pidato atau ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal atau jamak, maka ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga. (Alfaini, 2011 : 5)
7)      Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya, maka dari itu anda harus membuat seperti apa yang diminta bila diminta membuat ringkasan menjadi seperatus dari karangan asli anda harus membuat seperti itu.Agar memastikan apakah ringkasan dan yang dibuat sudah sepertiyang diminta silahkan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan kemudian bagilah dengan serarus. Hasil dari pembagian itulah yang merupakan panjang karangan yang harus ditulis. Perhitungan jumlah kata ini bukan berarti seseorang menghitung secara riil jumlah katayang ada. Tapi hanya suatu perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. (Alfaini, 2011 : 5)
4.      Tujuan Membuat Ringkasan
      Karangan memiliki sebuah tema atau topik utama. Tema atau topik utama itu, kemudian dikembangkan menjadi rangkaian bagian-bagian karangan yang terdiri atas paragraf-paragraf. Kemudian, setiap paragraf memiliki sebuah tema atau pokok pikiran utama yang mendukung tema atau topik utama karangan. Untuk memahami sebuah makna karangan atau buku, pembaca harus dapat memahami tema atau pokok pikiran utama yang terkandung dalam setiap paragraf yang membentuk keseluruhan karangan atau buku itu. Tema atau pokok pikiran utama tersebut dapat ditemukan pada bagian awal, akhir, atau awal, dan akhir paragraf atau mungkin tersirat. (Mulyati, 2007 : 9.16)
     Guna memahami dan mengingat isi suatu bahan atau bacaan atau buku Anda dapat menuliskan ringkasan bahan bacaan atau buku yang sudah Anda baca. Untuk tujuan itu, Anda dapat terlebih dahulu mencatat tema atau pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam setiap paragraf atau setiap bagian bacaan atau buku. Kemudian, dengan memanfaatkan bahan catatan itu, Anda dapat menuliskan ringkasan isi bacaan atau buku dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri. (Mulyati, 2007 : 9.16)
     Ringkasan dibuat untuk memendekkan sebuah karangan yang panjang. Seseorang yang akan membuat ringkasan harus memilah-milah mana gagasan utama dan gagasan tambahan. Karena tujuan ringkasan adalah memahami dan mengetahui isi dari sebuah buku, sehingga diperlukan latihan-latihan untuk membimbing seseorang agar dapat membaca karangan dengan cepat. Jadi salah satu tujuan dari membuat ringkasan yaitu untuk membantu seseorang agar bisa membaca sebuah buku dalam waktu singkat dan menghemat waktu. (Alfaini, 2011 : 2)
     Seorang penulis ringkasan tidak akan membuat ringkasan yang baik bila ia kurang teliti dalam membaca dan tidak dapat membeda-bedakan gagasan utama dan gagasan tambahan. Kemampuan dalam membedakan tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya untuk mengasah kemampuan dalam gaya bahasa, dan menghindari pemakaian uraian panjang lebar yang mungkin masuk di dalam karangan tersebut. (Alfaini, 2011 : 2)

B.     Abstrak
1.      Pengertian Abstrak
     Pengertian umum abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan, ia menjadi bagian tersendiri. Abstrak berfungsi untuk menjelaskan secara singkat kepada pembaca.
Sedangkan pengertian khusus abstrak adalah sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada obyek atau peristiwa khusus. Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara konseptual serta secara imajinatif sesuaru yang tidak dialami secara langsung.
     Jadi abstrak adalah kata yang menunjukan kepada sifat, keadaan dan kegiatan yang dilepas dari objek tertentu. Pemahaman akan pengertian abstrak sepertinya masih dianggap sebagai suatu yang sulit bahkan tak teraplikasi. Sebagaimana tertera di atas, suatu perikatan adalah suatu pengertian abstrak (dalam arti tidak dapat dilihat dengan mata), maka suatu perjanjian adalah suatu peristiwa atau kejadian yang konkret. Misalnya : Perjanjian jual beli
2.      Fungsi Abstrak
     Fungsi abstrak adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat perihal hasil penelitian yang telah dibuat. Uraian yang hanya satu halaman tersebut memudahkan abstrak dimasukkan dalam jaringan internet. Hal ini dimaksudkan memudahkan anda mengetahui hasil penelitian tanpa harus membaca keseluruhan penelitian yang berlembar lembar. Sehingga abstrak membantu anda dalam mencari referensi dalam penelitian yang anda cari.
      Adanya abstrak akan menghindari tindakan plagiasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebuah penelitian akan terlindungi jika hanya abstraknya saja yang ditampilkan dan diperluas di internet.
3.      Jenis Abstrak
    Abstrak diklasifikasikan dalam dua jenis berikut ini.
a.       Abstrak indikatif adalah abstrak yang menyajikan uraian secara singkat mengenai masalah yang terkandung dalam laporan atau karya ilmiah lengkapnya. Abstrak indikatif bertujuan agar pembaca mengetahui isi informasi tanpa memadatkan isi informasi aslinya dan hanya memberikan indikasi sasaran cakupan tulisan. Maka, pembaca dapat mempertimbangkan apakan tulisan asli perlu dibaca atau tidak.
b.      Abstrak informatif adalah miniatur laporan atau karya ilmiah asli dengan menyajikan data dan informasi secara lengkap sehingga pembaca tidak perlu lagi membaca tulisan aslinya, kecuali untuk mendalaminya. Dalam abstrak informatif, disajikan keseluruhan tulisan asli dalam bentuk mini. Seperti, judul, penulis, institusi, tujuan, metode dan analisis laporan, hasil penelitian, dan simpulan.
4.      Karakteristik Abstrak
    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan abstrak adalah sebagai berikut.
a.       Bentuk tulisan bersifat: (a) informatif kualitatif atau kuantitatif bergantung jenis laporan atau karya ilmiah, dan (b) deskriptif, analisis, induktif, atau deduktif bergantung pada jenis laporan atau karya ilmiah.
b.      Abstrak disajikan secara singkat, terdiri atas 200 s.d. 300 kata atau sekitar 7 s.d. 10 paragraf dan diletakkan sebelum daftar isi.
c.       Abstrak tidak memuat latar belakang, contoh, penjelasan berupa alat, cara kerja, dan proses yang sudah dikenal atau lazim.
d.      Abstrak hanya memuat metode kerja dari pengumpulan data sampai penyimpulan dan data yang sudah diolah.
e.       Dalam penyusunan abstrak, perlu diperhatikan ketelitian penyajian sumber informasi asli secara cermat, mudah dipahami, dan menggunakan kata atau istilah yang sama dengan tulisan aslinya.
f.       Pengetikan berspasi satu, menggunakan tipe tulisan standar times new roman atau arial, dengan ukuran tulisan 12 pt.
5.      Cara Membuat Asbtrak
     Abstrak merupakan uraian ringkas, cermat dan menyeluruh dari isi suatu karangan ilmiah. Untuk itu Abstrak yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a.       Merupakan uraian ringkas, cermat dan menyeluruh sehingga mencerminkan keseluruhan isi judul. Abstrak dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dimuat dalam satu majalah yang khusus memuat abstrak, seperti Dental Abstract
b.      Tanpa komentar dari pembuatnya di luar apa yang dikemukakan dalam karangan ilmiah. Maksud dari tanpa komentar disini adalah bawah tanpa ada unsur subjektif dari penulis karena semua didasarkan atas hasil penelitian.
c.       Dapat dikerjakan orang lain, tetapi sebaiknya dibuat sendiri oleh penulisnya karena ia lebih memahami apa yang disajikannya dalam karangan ilmiah tersebut.
d.      Terdapat pada permulaan karangan ilmiah sehingga pembaca segera dapat mengetahui informasi yang disajikan sesuai dengan keperluan atau minatnya.
e.       Isi suatu abstrak sebaiknya jangan melebihi 250 kata atau sekitar 25 baris jika setiap baris terdiri atas 10 kata.
f.       Dalam abstrak tak ada pergantian paragraf (tanpa alinea). Artinya adalah dalam abstarks tidak ada paragrapf
g.      Huruf yang digunakan dalam abstrak sebaiknya berbeda besarnya dengan huruf isi karangan ilmiah.
h.      Sedapat mungkin dihindari pemakaian, kalimat aktif, sebaiknya kalimat pasif.
i.        Kepustakaan, singkatan, ilustrasi, grafik dan tabel tak boleh dicantumkan.
j.        Di bawah abstrak sebaiknya dicantumkan kata-kata kunci (key words) sebanyak 3 hingga 10 kata yang kira-kira dapat dipakai untuk mengindeks karangan ilmiah kita dalam suatu deretan karangan ilmiah sejenis. Kata kunci (key word) adalah kata-kata yang penting dan paling menonjol dalam karangan ilmiah itu. Contoh: Kalau suatu karangan ilmiah membahas mengenai hubungan antara terapi phenytoin, siklosporin dan nifedipin dengan hiperplasia gingiva, maka kata-kata kuncinya adalah phenytoin, siklosporin, nifedipin dan hiperplasia gingiva.


6.      Contoh Abstrak
Berikut beberapa contoh abstrak yang diambil dari sebuah karya ilmiah tesis.



ABSTRAK
Tarto. NIM. 11PSC01307. Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Hasil Pengamatan/ Kunjungan (Studi Kasus di Kelas V SD Negeri I Eromoko, Wonogiri, Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013) Tesis Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Universitas Widya Dharma Klaten.
Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses pembelajaran keterampilan menceritakan hasil pengamatan/ kunjungan  pada siswa kelas V SD Negeri I Eromoko, Wonogiri? (2) Mengapa pembelajaran keterampilan menceritakan hasil pengamatan/ kunjungan pada siswa kelas V SD Negeri I Eromoko, Wonogiri berlangsung seperti ketika peneliti melakukan pengamatan?
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan. Pembelajaran keterampilan berbicara perlu berbasis PAIKEM, agar mendorong terciptanya keterampilan berbicara pada siswa.
Metode yang digunakan deskriptif, kualitatif. Temuan data dengan observasi, ditekstualisasi, disegmentasi/tematisasi, diproposionalisasi dengan PID, direduksi menjadi UDAUT dan dianalisis dengan diurai, ditafsirkan, dirujuk teori, didukung  dokumen, dan disimpulkan.
                Hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa (a) guru tidak melakukan apersepsi dan pretes karena siswa sudah mengenal materi, melakukan elaborasi dan konfirmasi, tetapi tidak melakukan eksplorasi; (b) siswa tidak ada inisiatif untuk bertanya karena malu; (c) materi pada buku sumber tidak terinci; (d) metode sesuai RPP; (e) media papan tulis saja; (f) hasil evaluasi tidak menyajikan nilai seluruh siswa karena waktu tidak mencukupi.
                Dari analisis dapat disimpulkan (1) dalam proses pembelajaran keterampilan menceritakan hasil pengamatan/kunjungan pada siswa kelas V SDN I Eromoko,Wonogiri, semester I tahun 2012/2013 (a) guru  melakukan tahapan pembelajaran sesuai teori tetapi tanpa apersepsi dan eksplorasi; (b) siswa bercerita dan menanggapi cerita lancar, tetapi pada penjelasan konsep tidak ada inisiatif bertanya/mengemukakan pendapat; (c) materi dijelaskan secara rinci oleh guru, tetapi pada RPP hanya ditulis materi pokok saja (d) metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi; (e)  media  papan tulis tidak didukung media lain; (f) evaluasi sesuai teori, tetapi hanya menyajikan nilai lima orang siswa. (2) Penyebabnya adalah (a) guru melakukan tahapan pembelajaran sesuai teori tetapi tidak melakukan apersepsi dan eksplorasi karena siswa sudah mengenal materi; (b) siswa bercerita dan menanggapi lancar, tetapi pada penjelasan konsep tidak ada inisiatif bertanya karena  malu; (c )materi pada RPP  ditulis materi pokok, karena pada buku sumber tidak dijumpai materi rinci; (d) metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi, karena sudah direncanakan ; (e)  media  papan tulis saja karena tidak direncanakan; (f) evaluasi sesuai teori, tetapi tidak melibatkan semua siswa, karena waktu tidak mencukupi.

Kata kunci: Pembelajaran Menceritakan Hasil Pengamatan/ Kunjungan
                    Penelitian Studi Kasus






ABSTRAK

Gunawan: PENGARUH GAYA KERJA MANAJERIAL,  KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI KERJA GURU SMA NEGERI SURAKARTA: Program Studi Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Universitas Slamet Riyadi Surakarta, 2006.
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kerja manajerial, komunikasi interpersonal dan motivasi secara sendiri-sendiri dan bersama-sama terhadap prestasi kerja guru SMA  Negeri Surakarta.
             Penelitian ini menggunakan metode survei dengan membagikan kuesioner kepada guru-guru SMA Negeri Surakarta. Responden penelitian dipilih secara proporsional random sampling  terhadap guru-guru SMA Negeri Surakarta  yang banyak anggota populasinya 654 orang. Sampel diambil secara random sebanyak 65 responden. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah program SPSS Versi 12.
             Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis diterima , yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif antara gaya kerja manajerial terhadap prestasi kerja guru dengan koefisien sebesar 0,275 dan signifikansi sebesar 0.011; pengaruh komunikasi interpersonal terhadap prestasi kerja guru dengan koefisien sebesar 0,409 dan signifikansi sebesar 0,000 dan pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja guru dengan koefisien sebesar 0,266 dan signifikansi sebesar 0,062. Gaya kerja manajerial, komunikasi interpersonal dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi kerja guru. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi interpersonal paling dominan yang mempengaruhi prestasi kerja guru. Dengan demikian komunikasi interpersonal perlu mendapat perhatian secara khusus.

Kata kunci: Gaya Kerja Manajerial, Komunikasi Interpersonal, Motivasi dan Prestasi  Kerja                                                                                                                                                   

C.    Sistesis
      Sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatakan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.. Metode Sintesis Melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun satu pandangan dunia.
Beberapa contoh dari pernyataan Sintetik adalah :
1.      Langit itu biru.
2.      Budi adalah pria yang menyebalkan
3.      Anjing itu galak
4.      Jerapah memiliki empat kaki
     Sintesis Menggabungkan atau mengkompromikan dari pernyataan satu kepada pernyataan lain untuk memperoleh kesimpulan yang komprehensif.
Contoh :
1.      Ilmu adalah aktifitas
2.      Ilmu adalah metode
3.      Ilmu adalah produk
Kesimpulanya Ilmu adalah aktifitas, metode dan produk
    Sedangkan sintesis dalam penulisan karya ilmiah pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
    Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya, (3) sudut pandang penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.
 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1.      Ringkasan adalah sebuah cara menyajikan karangan dalam bentuk singkat dengan mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang aslinya. Membuat ringkasan memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri dari ringkasan tersebut adalah sebagai berikut: Pengungkapan kembali bentuk kecil dari sebuah karangan, mereproduksi kembali apa kata pengarang. Mempertahankan urutan-urutan gagasan yang membangun sosok (badan) karangan, penyusun ringkasan terikat oleh penataan, isi, dan sudut pandang pengarangnya, kalimatnya pendek-pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya. Ringkasan dibuat untuk memendekkan sebuah karangan yang panjang. Seseorang yang akan membuat ringkasan harus memilah-milah mana gagasan utama dan gagasan tambahan. Karena tujuan ringkasan adalah memahami dan mengetahui isi dari sebuah buku, sehingga diperlukan latihan-latihan untuk membimbing seseorang agar dapat membaca karangan dengan cepat.
2.      Abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan, ia menjadi bagian tersendiri. Abstrak berfungsi untuk menjelaskan secara singkat kepada pembaca.
3.      Sintesis dalam penulisan karya ilmiah pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka. 
B.     Saran 
Saran-saran yang dapat diberikan penulis antara lain:
  1. Bagi seorang penulis karya ilmiah hendaknya dapat memahami perbedaan antara ringkasan, abstrak dan sistesis agar mendukung dalam pembuatan karya ilmiahnya.
  2. Bagi mahasiswa yang menembuh tugas akhir sekripsi atau tesis sebaiknya lebih mendalami dalam penulisan abstrak, karena berhubungan dengan publikasi yang menyangkut dengan plagiarism.
  
DAFTAR PUSTAKA



Wijayanti, Sri Hapsari., Candrayani, Amalia., Hendrawati, Ika Endang Sri., Agustinus, Jati Wahyono. 2013. Bahasa Indonesia: Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Nurhadi. 2010. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Malang: Sinar Baru Algensindo.

Isdriani, Pudji. 2009. SeribuPena Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

http://handinha.wordpress.com/2011/03/23/abstraksi/ diakses 03 Januari 2014 jam 09.33 WIB.


http://riohartanto.blog.fisip.uns.ac.id/2011/12/09/analytic-synthetic-distinction/ diakses 03 Januari 2014 jam 10.33 WIB. 

 


2 komentar untuk "Ringkasan, Abstrak dan Sintesis "

Amarta Qirawa Kamis, Maret 22, 2018 Hapus Komentar
nice
Tammy Wijaya Jumat, April 24, 2020 Hapus Komentar
Makasih infonya, gan. Bermanfaat banget artikelnya, ane juga ada rekomendasi cara membuat abstrak gan